Pages

Dompet Dhuafa Bantu Pengungsi Rohingya di Thailand

Tim Relawan "Indonesia Aid for Rohingya at Thailand" dari Dompet Dhuafa berhasil masuk ke wilayah pengungsi Thailand. Mereka menuju Propinsi Ranong, Thailand Selatan ( 8 jam dari Bangkok menggunakan jalur darat ) untuk menuju Camp Refugee Rohingya di dekat perbatasan Myanmar - Thailand (Ranong Camp). Relawan Dompet Dhuafa bertemu dengan pimpinan Jamaah Rohingya, Imam Nadzeer. Beliau bersama 38 keluarga pengungsi lainnya tinggal di Propinsi Ranong sudah cukup lama. Ketika kerusuhan Juni 2012 di Myanmar kemarin, sebagian pengungsi pindah menuju ke Patani, Thailand Selatan. Muslim Rohingya di Ranong hampir bernasib sama dengan Muslim Rohingya di Bangkok. Hanya saja pemerintah Propinsi Ranong mengeluarkan Id card khusus bagi pengungsi yang tinggal selama 5 tahun dengan membayar 5000 - 10.000 Bath. Id Card ini berfungsi sebagai identitas diri Ranong agar mendapat layanan pendidikan ( bagi anak ) dan kesehatan. Akan tetapi mereka tidak dapat keluar dari propinsi Ranong. mereka hanya boleh beraktiifitas di Ranong. Jika mereka kedapatan keluar dari Ranong maka akan dipenjara.
Untuk membantu meringankan beban para pengungsi karena mengalami kekurangan bahan makanan, tim relawan Dompet Dhuafa membagikan paket sembako kepada 38 KK dan 167 masyarakat.

Iskandar Darussalam dan dr.Farhan

Indonesia Aid for Rohingya at Thailand 
+66 820 352 387

Sunday, 12th 2012

Indonesia Gagas Pertemuan Regional Bahas Rohingya

JAKARTA – Sejumlah lembaga kemanusiaan di Indonesia seperti Dompet Dhuafa, PKPU dan Rumah Zakat akan menggelar pertemuan dengan lembaga-lembaga kemanusiaan se-Asia Tenggara guna membahas krisis yang melanda minoritas Rohingya. Forum dengan nama Southeast Asia Humanitarian Meeting on Rohingya Crisis ini akan digelar Jumat (10/8) mendatang di Hotel Sofyan Betawi Jakarta.
Presiden Komite, Tomy Hendrajati mengatakan ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari pertemuan ini. Pertama, adanya action plan dan road map tentang bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Rohingya. “Kita harapkan dapat berbagi data- data dan kerjasama aksi yang lebih besar dan mendapat dukungan internasional,”ungkap Tomy.
Selain itu, pertemuan ini juga penting untuk menyelaraskan data terkait Rohingya mengingat pemerintah Burma masih sangat tertutup dengan apa yang terjadi di Negara Bagian Rakhine Myanmar Barat.
Upaya membuka akses bantuan kemanusiaan dari Pemerintah Myanmar dan Bangladesh menjadi tujuan ketiga pertemuan ini. Sebagaimana diketahui, Bangladesh adalah Negara tujuan terbesar pengungsi minoritas Rohinghya. Pemerintah Bangladesh khawatir dengan banyaknya misi kemanusiaan di Bangladesh akan memicu eksodus besar-besaran pengungsi Rohingya sehingga mengusir dan menutup akses bantuan kemanusiaan di negerinya.
“Kami mendorong pemerintah di tiap-tiap negara untuk terus melakukan upaya diplomatik kepada Pemerintah Myanmar agar minoritas Rohingya mendapatkan hak-haknya,” tukas Tomy lagi.
Terakhir, pertemuan ini akan merumuskan Deklarasi Jakarta yang isinya dukungan terhadap minoritas Rohingya agar mendapatkan hak- haknya dan mendapatkan bantuan kemanusiaan dari komunitas kemanusiaan internasional. “Kami meminta dukungan semua lembaga kemanusiaan dunia untuk turut membantu mengatasi krisis Rohingya ini,” pungkasnya.

Bantu Minoritas Muslim Rohingya


 
Rasa kemanusiaan kita kembali terusik. Tragedi pembantaian, pengusiran, pemerkosaan, perampasan, dan penangkapan yang dilakukan oleh tentara Myanmar kepada muslim Rohingya merupakan tragedi kemanusiaan yang tidak bisa ditolerir oleh hukum internasional dan bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
Data dari UNHCR menyebutkan sedikitnya 80.000 orang terpaksa harus mengungsi meninggalkan kampung halaman.
  
Profil Rohingya

Rohingya adalah grup etnis yang kebanyakan beragama Islam di Negara Bagian Rakhine Utara di Myanmar Barat. Populasi Rohingya terkonsentrasi di dua kota utara Negara Bagian Rakhine (sebelumnya disebut Arakan). Menurut PBB terdapat sekitar 800.000 jiwa etnis Rohingya di Myanmar, dan menganggap mereka kalangan minoritas yang paling teraniaya di dunia. Berdasarkan laporan Amnesty Internasional, orang-orang Rohingya mengalami berbagai penindasan hak asasi manusia oleh Junta Militer Myanmar sejak 1978. Pihak Junta telah melakukan kekejaman berupa pembunuhan etnis Rohingya, bahkan hal ini dilakukan secara acak dalam rangka pemusnahan etnis Rohingya. Selain itu penyiksaan dan penahanan secara ilegal dilakukan setiap hari di Arakan, ratusan etnis Rohingya hilang dan tidak diketahui nasibnya tiap tahunnya.

Dompet Dhuafa sebagai Lembaga Kemanusiaan turut serta mengirimkan tim relawan untuk membantu para pengungsi yang kondisinya sangat memperihatinkan karena kekurangan obat-obatan, makanan dan tidak memiliki tempat berteduh. Tim relawan akan melakukan aksi kemanusiaan dalam bentuk distribusi logistik dan pelayanan kesehatan bagi korban yang ada di kamp pengungsian Bangladesh dan sekitarnya.

Dompet Dhuafa mengajak masyarakat Indonesia untuk bersimpati dan membantu tragedi kemanusiaan yang menimpa minoritas muslim Rohingya dengan  menyalurkan bantuannya melalui:

Bank Mandiri No. Rek. 103.005577.5577
a.n Yayasan Dompet Dhuafa Republika

Informasi lebih lanjut bisa menghubungi (021) 741 6050

Atau Ponsel di 0818 0526 1556 

Beginilah Nasib Pedih Muslim Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Myanmar mengatakan kepada PBB, hanya ada dua solusi untuk sekitar suku Rohingya di negaranya: tinggal di kamp pengungsi atau dideportasi.

Presiden Thein Sein mengatakan, Myanmar akan mengirim kaum Rohingya pergi "jika ada negara ketiga yang mau menerima mereka." "Kami akan mengambil tanggung jawab atas suku-suku etnik kami, tapi tidak mungkin menerima orang-orang Rohingya yang masuk secara ilegal, yang bukan termasuk etnik Myanmar," katanya kepada Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi, Antonio Guterres.
Pada bulan Juni, bentrokan antara kaum Rohingya yang Muslim dan etnik Rakhine mengakibatkan paling tidak 80 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi.
Setelah puluhan tahun mengalami diskriminasi, kaum Rohingya kini tidak punya negara atau stateless. Myanmar pun membatasi gerak mereka dan  tidak memberi hak atas tanah, pendidikan dan layanan publik, demikian dikatakan PBB.
Suku Rohingya yang kehadirannya di Myanmar dan Bangladesh ditolak selama bertahun-tahun menyebabkan banyak diantara mereka yang bermigrasi ke Malaysia atau Thailand. Diperkirakan ada 300 ribu orang yang tinggal di dua negara tersebut.
Menurut badan urusan migrasi dan imigran PBB, UNHCR, sekitar satu juta orang Rohingya kini diperkirakan hidup di luar Myanmar, tapi belum ada negara ketiga yang bersedia menerima mereka.
Misalnya Bangladesh,  yang telah menolak perahu-perahu Rohingya yang tiba di perairannya sejak kerusuhan itu.
Meskipun aparat keamanan berhasil meredam kerusuhan, puluhan-ribu orang masih berada di kamp-kamp penampungan pemerintah. Program Pangan PBB melaporkan mereka telah menyediakan makanan untuk sekitar 100 ribu orang.
Etnis Rohingya dan Rakhine kerap saling menuduh soal siapa yang pertama kali melakukan serangan. Bentrokan menyusul insiden pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita pemeluk Budha setempat yang diduga dilakukan salah satu warga Rohingya.
Serangan pembalasan pun dilakukan oleh massa Rakhine, 10 orang Muslim tewas pada tanggal awal Juni lalu. Hingga saat ini keadaan darurat masih berlaku di beberapa daerah.