Pages

Alhamdulillah, Bantuan Untuk Muslim Rohingnya Siap Di Salurkan

Tragedi kemanusiaan Muslim Rohingya di Myanmar tidak bisa dibiarkan. Pada saat Pemerintah Indonesia cenderung pasif terhadap konflik yang memakan korban jiwa Muslim Rohingya, sejumlah organisasi masyarakat nasional sudah ancang-ancang mengirim bantuan ke Myanmar maupun ke kamp pengungsi di Bangladesh.
Dompet Dhuafa (DD) kini sedang membahas sejumlah skenario pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Muslim Rohingya di Myanmar maupun yang mengungsi ke Bangladesh. Namun, kata General Manager Program Release DD Bambang Suherman, situasi di Myanmar justru terkesan menghalangi bantuan masuk. “Sampai hari ini (bantuan kemanusiaan) sedang dibahas karena situasi dan kondisi di Myanmar masih belum bisa masuk,“ kata Bambang saat dihubungi, Jumat (20/7). Padahal, persiapan tim secara umum sudah berjalan. Bantuan operasional tengah dikumpulkan bersamaan dengan menyusun personel tim kemanusiaan dan besaran donasi yang akan diberikan. DD juga sedang membangun jaringan bantuan kemanusiaan dengan sejumlah lembaga swadaya pemerintah lokal maupun internasional untuk memuluskan pengiriman bantuan. Bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan Muslim Rohingya ini harus segera dikirim, kata Bambang, karena sudah memasuki Ramadhan.
Nasib Muslim Rohingya, menurut Bambang, harus terungkap ke dunia internasional. Ia menyebut situasi di permukiman Rohingya saat ini tragedi kemanusiaan yang luar biasa. Bambang bahkan mendengar Pemerintah Myanmar punya skenario mengusir Muslim Rohingya ke luar negara tersebut.
Penindasan dan kekerasan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar sudah berlangsung sejak puluhan tahun. Etnis Rohingya memang berbeda fisik dengan etnis lainnya di Myanmar karena lebih mirip etnis Tamil dan beragama Islam.
Sedangkan mayoritas etnis Myanmar berfisik Mongoloid dan beragama Buddha. Muslim Rohingya sudah lama menjadi warga negara kelas dua karena segala macam akses politik, ekonomi, sosial budaya, dan religinya dibatasi, terutama sejak Junta Myanmar berkuasa.
Beberapa bulan terakhir eskalasi kekerasan terhadap Muslim Rohingya kembali meningkat di Kota Rakhine.
Sebanyak 300 rumah Muslim Rohingya dibakar warga Rakhine, bahkan disertai dengan pembunuhan. Tercatat korban tewas di kedua pihak mencapai 21 orang dalam enam bulan terakhir. Warga Rakhine berdalih Muslim Rohingya juga menjadi pelaku pemerkosaan sehingga mereka membalas dendam.
Persiapan bantuan juga dilakukan Medical Emergency Rescue Committee atau MerC. Presidium MER-C Joserizal Jurnalis mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan satu tim bantuan kemanusiaan menuju lokasi permukiman Muslim Rohingya. Lokasi tersebut ada di ujung barat laut Myanmar, berbatasan dengan Bangladesh. Namun, kendalanya sama dengan yang dihadapi DD, yaitu akses ditutup.
“Akses menuju ke permukiman Muslim Rohingya sengaja dihalang-halangi. Sepertinya masyarakat di sana (Myanmar) bekerja sama dengan pemerintah militer Myanmar,“ kata Joserizal, kemarin.
Sebenarnya, kata Jose, pernah ada bantuan kemanusiaan yang dibawa Jamaah Tabligh ke Rakhine, kota tempat Muslim Rohingya berdiam. Namun, bantuan itu dicegat oleh masyarakat desa di dekat permukiman Rohingya. Selain melalui jalur darat di Myanmar, akses mengirim bantuan ke Muslim Rohingya sebenarnya bisa melalui jalur laut. Namun melalui laut, kata Jose, Mer-C membutuhkan kapal untuk menuju lokasi dari Bangladesh. Di Bangladesh pun bantuan kemanusiaan tak berjalan lancar. Karena Pemerintah Bangladesh sudah menegaskan tidak akan menerima pengungsi Muslim Rohingya lagi.
Karena itu, Mer-C akan melakukan tekanan politik terlebih dahulu dengan melibatkan organisasi-organisasi Islam internasional agar bisa menekan Pemerintah Myanmar. “Kita jangan menitipkan bantuan ke Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), ASEAN, atau kepada Pemerintah Myanmar. Kita harus serahkan langsung kepada Muslim Rohingya,“ kata Joserizal.
Dibiarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengaku geram terhadap dunia internasional yang belum juga menunjukkan sikap tegas terhadap kekerasan dan diskriminasi yang dialami Muslim Rohingya. MUI berencana menggalang dukungan organisasiorganisasi Islam internasional untuk menekan Pemerintah Myanmar menyelamatkan Muslim Rohingya.
“MUI berharap kepada ASEAN dan PBB untuk menekan Myanmar untuk menyelesaikan masalah Muslim Rohingya. Sampai saat ini belum ada tindakan itu,“ kata Ketua Bidang Hubungan Internasional MUI KH Muhyidin Junaedi.
Muhyidin menambahkan, MUI telah berbicara dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri agar Indonesia dapat mendesak Pemerintah Myanmar melalui Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). MUI juga sudah turut aktif di Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk menyelesaikan masalah Muslim Rohingya.
OKI memang sudah memprotes keras Pemerintah Myanmar, tetapi dari ASEAN maupun PBB belum ada tindakan konkret menyelesaikan duka Muslim Rohingya. Ia bahkan melihat adanya standar ganda terhadap korban kekerasan dan diskriminasi dari kelompok Muslim.
“Saya melihat malah ada kesan pembiaran jika korbannya itu dari umat Islam. Saya juga mengimbau kepada LSM-LSM internasional yang peduli dengan Muslim Rohingya agar juga dapat berbicara tegas kepada Pemerintah Myanmar.“            (bilal ramadhan/c40 ed: stevy maradona)

No comments:

Post a Comment